DIGTALPOS.com, Samarinda, Kalimantan Timur – Tim sepak bola dari Sekolah Sepak Bola (SSB) Batiwakkal, yang berasal dari Kabupaten Berau, kini tengah mempersiapkan diri untuk berlaga dalam ajang bergengsi Piala Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) untuk kategori U-13 dan U-15. Tim ini diwakili oleh 19 pemain pilihan, yang terpilih melalui serangkaian seleksi ketat dari berbagai SSB di Berau. Sebelumnya, tim ini terdiri dari 23 pemain, namun beberapa harus mundur karena masalah kesehatan.
Pelatih SSB Batiwakkal U-13, Herman, menjelaskan bahwa proses seleksi dilakukan dengan menggelar turnamen antar-SSB di Berau, di mana tim juara berhak melaju ke Samarinda. “Kami mengadakan seleksi terbuka dan turnamen antar SSB untuk menentukan tim terbaik. Selain itu, kami juga melibatkan pemain tambahan dari beberapa SSB lain untuk memperkuat tim,” ujar Herman saat ditemui di GOR Kadrie Oening Sempaja, Samarinda, pada Senin (11/11).
Di Kabupaten Berau sendiri terdapat 20 SSB dengan lebih dari 400 anak yang terdaftar, berasal dari berbagai kelompok usia. Menurut Herman, minat terhadap sepak bola di Berau sangat tinggi, dan mereka rutin mengikuti berbagai turnamen di luar daerah seperti Balikpapan, Samarinda, hingga Lohjanan. Meski demikian, ia mengungkapkan, kendala utama yang mereka hadapi adalah biaya. “Untuk mengikuti Piala Gubernur ini, kami harus menyiapkan anggaran sekitar 60 juta rupiah,” tambahnya.
Meskipun terbatas dari segi dana, semangat tim SSB Batiwakkal tidak surut. Herman optimis bahwa anak-anak asuhnya akan memberikan penampilan terbaik di turnamen ini. “Kami telah mempersiapkan tim dengan serius, dan kami berharap bisa pulang dengan gelar juara. Anak-anak sudah berlatih keras dan siap bertanding,” ujarnya penuh harapan.
Sebagian besar biaya yang dikeluarkan untuk keberangkatan dan akomodasi tim ditanggung secara mandiri, meski ada dukungan dari Pemkab Berau dan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora). Namun, Herman mengingatkan bahwa penggantian dana dari pemerintah membutuhkan waktu yang cukup lama. “Kami harus menunggu proses administrasi dan laporan setelah turnamen selesai, baru dana bisa dikembalikan,” jelasnya.
Sebagai pelatih, Herman menekankan bahwa ia tidak pernah mengharapkan bayaran untuk tugas mulianya ini. “Saya ikhlas melatih anak-anak. Semua ini demi kemajuan mereka. Jika ada yang memberikan bantuan, alhamdulillah, kalau tidak, saya tetap menjalankan tugas ini dengan sepenuh hati,” tuturnya. (Adv)