DIGTALPOS.com, Samarinda—Proyek pembangunan wahana wisata Waterboom di Pulau Kumala, Kutai Kartanegara, dinilai berjalan lambat. Hingga pertengahan tahun, progresnya baru mencapai 70 persen. Padahal target penyelesaiannya ditetapkan akhir 2025.
Hal itu disampaikan Sekretaris Komisi I DPRD Kaltim, Salehuddin, yang menyayangkan lambannya pengerjaan proyek yang sudah menelan anggaran sangat besar sejak awal perencanaannya.
“Pembangunan Pulau Kumala itu sudah menelan anggaran hampir Rp 400 miliar, bahkan sejak sebelum kami menjabat. Tapi sampai sekarang, return of investment-nya belum terlihat,” katanya, Rabu (2/7/2025).
Menurutnya, pemerintah daerah harus lebih serius melihat potensi besar Pulau Kumala. Contohnya, lanjut dia, upaya kerja sama dengan pihak swasta seperti PT Grand LT yang pernah dirintis dulu, harusnya bisa difasilitasi dengan lebih baik.
“Sayang sekali kalau aset sebesar itu tidak dimanfaatkan maksimal. Setidaknya dengan adanya Waterboom, bisa menarik wisatawan lokal. Bahkan ke depan bisa ditambah wahana lain agar pengunjung semakin tertarik,” ujar dia.
Salehudin bilang, pentingnya keamanan dan perawatan fasilitas wisata. Pihaknya membandingkan dengan taman kota di Jakarta yang bisa beroperasi 24 jam dengan sistem keamanan yang terjaga.
“Kalau di kita, jam 10 malam saja sudah sepi dan gelap. Padahal aset-aset seperti penerangan dekat jembatan itu tidak terpelihara, akhirnya malah dipindah ke taman yang baru di depan,” imbuhnya.
Terlebih, kata dia, dengan adanya Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata yang baru, arah kebijakan lebih fokus pada optimalisasi aset dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Dia menilai, acara seperti Pestarak memang berdampak bagi UMKM, namun harus diimbangi dengan upaya yang lebih berkelanjutan.
“Kalau bicara PAD, jangan hanya dari event. Tapi juga dari pengelolaan aset yang benar-benar menghasilkan. Kalau tidak bisa kembalikan Rp 400 miliar, minimal bisa memberikan manfaat dalam jangka panjang,” tukasnya. (Adv)













