DIGTALPOS.com, Samarinda – Krisis listrik masih menjadi bayang-bayang di wilayah-wilayah pedalaman Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur. Hingga kini, sejumlah kampung di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia itu belum sepenuhnya teraliri listrik.
Wakil Ketua I DPRD Kaltim, Ekti Imanuel, menyebut pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah jalan keluar yang paling rasional dibanding terus bergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang dinilai boros biaya dan minim jangkauan.
“Mahulu itu butuh investor, khususnya di sektor energi. Di sana ada 50 kampung yang tersebar di lima kecamatan. Lokasinya berjauhan dan aksesnya sulit,” ujar Ekti saat ditemui, Senin (23/6/2025)
Menurutnya, penggunaan PLTD hanya bersifat sementara dan tidak efisien dalam jangka panjang. “Kalau terus andalkan PLTD, biaya operasionalnya sangat tinggi. Dengan teknologi terbarukan seperti tenaga air, akan jauh lebih efisien dan bermanfaat bagi masyarakat,” jelasnya.
Pihaknya optimistis, jika ada investor yang serius menanamkan modalnya di sektor kelistrikan, masyarakat Mahulu akan menyambutnya dengan antusias. Pasalnya, listrik menjadi kebutuhan dasar yang sangat menentukan percepatan pembangunan desa.
“Listrik itu kunci utama. Kalau sudah ada listrik, pembangunan lain bisa ikut bergerak. Warga pasti senang kalau ada investor yang masuk ke sektor ini,” tegas Ekti.
Ia mengakui belum memiliki data pasti mengenai jumlah kampung yang belum tersambung jaringan listrik. Namun, ia menyebut dua kecamatan terluar, Long Apari dan Long Pahangai, sebagai wilayah dengan tantangan akses paling berat.
Saat ini, PLTD hanya mampu menyuplai listrik di tingkat kecamatan dan belum menjangkau ke kampung-kampung yang lebih pelosok.
“Karena itu, kami sangat berharap ada realisasi investasi di bidang energi terbarukan. Ini demi menjawab kebutuhan dasar masyarakat Mahulu yang selama ini masih seperti hidup dalam kegelapan,” pungkasnya. (Adv)













